Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mendorong pelaku industri semen nasional untuk menggenjot ekspor guna mengatasi oversupply di sektor industri semen. Untuk mendukung langkah itu, Asosiasi Semen Indonesia (ASI) meminta jaminan kepada Dirjen Minerba tentang pasokan batubara. Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso mengatakan untuk mendorong ekspor, kebutuhan batubara perlu terpenuhi demi peningkatan utilisasi. Tercatat utilisasi klinker Januari-Oktober 2022 turun dibanding periode sebelumnya, dari 72,69% menjadi 67,69%, begitu juga dengan utilisasi semen yang turun dari 57,12% menjadi 55,55%. Dengan adanya ekspor akan meningkatkan moneter perdagangan nasional dan menambah penerimaan pemerintah daerah melalui pajak galian C. Terhambatnya ekspor akan naiknya biaya produksi yang membuat produsen tidak punya pilihan untuk manaikkan harga di pasar domestik.
Widodo mengakui bahwa penurunan penjualan semen telah terjadi yang disumbangkan oleh kondisi cuaca, ekonomi global yang bergejolak dan penurunan pembangunan sektor properti. Industri semen yang tengah melemah ini juga akan menghambat pembangunan prioritas pemerintah. Oleh karena itu, langkah ekspor ini menjadi salah satu angin segar yang dapat mencegah pabrik semen tidak ‘mati’. “Kalau nggak ada batubara ya (pabrik semen) mati, kita koordinasi terus sama ESDM agar stok batubara membaik,” tutur Widodo. Ia juga mengharapkan Domestic Market Obligation (DMO) batubara tetap berjalan dengan harga beli USD 90/ton. “Harapannya tahun 2023 harus tetap jalan DMO (batubara) agar industri semen stoknya tetap terjaga baik sehingga supply pasok semen bisa lancar,” ucapnya. Terkait pentingnya ekspor semen tersebut, Peneliti dari Center of Economic and Law Studies (Celios), Akbar Fadzkurrahman mengatakan bahwa dengan adanya ekspor, utilisasi akan meningkat. Dari kapasitas produksi sebesar 59,1% hanya untuk dalam negeri menjadi 69,62% dengan ekspor. “Maka untuk meningkatkan utilisasinya dapat dilakukan dengan meningkatkan penjualan ekspor. Dengan melakukan ekspor (semen dan klinker) menggunakan mata uang asing seperti USD dapat menambah angka pendapatan karena kurs USD sedang menguat,” jelasnya. “Ekspor tujuannya lebih kepada pemanfaatan produk oversupply karena jumlah permintaan dalam negeri tidak sebanding dengan jumlah produk yang dihasilkan,” sambung dia. Selain memperluas pasar ekspor, opsi lain adalah melakukan inovasi agar dapat menghasilkan produk turunan yang memenuhi kebutuhan pasar dan memiliki nilai tambah lebih baik. Sementara pemerintah dapat membantu dengan menggiatkan investasi pembangunan infrastruktur di luar Pulau Jawa dengan semen domestik. Dikutip dari JawaPos.com