Industri semen memiliki peluang untuk bertumbuh pada tahun 2023 meski masih dibayangi oleh sentimen kelebihan pasokan produksi. Konsolidasi dari sejumlah perusahaan semen dan meningkatnya permintaan semen untuk pembangunan infrastruktur menjadi pemacu bagi industri ini untuk bertumbuh. Selain itu, transisi energi turut menyumbang sentimen positif terhadap pertumbuhan tersebut.
Dua perusahaan semen raksasa domestik, yakni PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, menunjukkan kinerja positif sejak awal tahun 2023. Pada triwulan I-2023, Semen Indonesia membukukan laba bersih Rp 562 miliar atau tumbuh 11 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2022. Adapun Indocement membukukan laba bersih Rp 371,4 miliar atau tumbuh 103 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Research Analyst Mirae Asset Sekuritas Emma Almira Fauni mengatakan, penjualan semen pada tahun ini dapat bertumbuh meski tidak terlalu signifikan. Pertumbuhan itu diproyeksikan antara 0 persen dan 5 persen dibandingkan tahun lalu yang justru minus 3 persen.
”Perusahaan semen memiliki prospek untuk bertumbuh pada tahun 2023. Namun, secara umum, masih akan tetap oversupply (kelebihan pasokan). Ini terjadi karena banyak pemain baru setelah sektor properti mulai booming pada tahun 2010 sampai 2014 sehingga membuat kompetisi kian meningkat dan pabrik-pabrik semen baru pun bermunculan,” ujarnya dalam acara Media Day: June 2023 bertajuk ”Cement Industry Outlook will Build Positive Pathway for IHSG” yang digelar oleh Mirae Asset Sekuritas, di Jakarta, Kamis (8/6/2023).
Kelebihan pasokan semen tersebut tampak dari ketimpangan antara jumlah produksi dan kebutuhan semen dalam negeri. Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia, produksi semen pada tahun 2022 telah mencapai 116,8 ton, sedangkan permintaan domestik hanya 63 ton. Dengan demikian, tingkat utilitas (utilization rate) produksi semen dalam negeri mencapai 54 persen.
Menurut Emma, tingkat utilitas akan lebih optimal atau di atas 70 persen sehingga perusahaan menjadi lebih sehat. Tingkat utilitas ini berguna untuk melihat efektivitas produksi.
”Secara struktural, kondisi ini akan cenderung membaik seiring dengan upaya pemerintah dalam melakukan moratorium pabrik semen. Ada harapan jika pertumbuhan kapasitas produksi semen akan lebih rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya,” lanjutnya.
Selain moratorium, upaya konsolidasi dari perusahaan-perusahaan semen dinilai cukup meredam iklim kompetisi dalam industri semen. Pada tahun 2022, Semen Indonesia melakukan akuisisi dengan menerima pengalihan 7,5 miliar lembar saham seri B atau setara 75 persen porsi kepemilikan PT Semen Baturaja Tbk.
Di sisi lain, pada tahun yang sama, Indocement juga melakukan kontrak sewa guna usaha untuk menyewa aset (operating lease) dari PT Semen Bosowa Maros selama 3 tahun hingga 5 tahun. Jika diakumulasikan, kedua aksi akuisisi oleh dua perusahaan semen raksasa tersebut memiliki kapasitas produksi sebesar 69 persen atau meningkat 6 persen dibandingkan sebelumnya.
Pemacu pertumbuhan pada industri semen juga datang dari permintaan sektor infrastruktur dan konstruksi. Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan terhadap semen curah (bulk) meningkat hingga 27 persen pada tahun 2022. Adapun permintaan terhadap semen zak (bag), kata Emma, stagnan antara 70 dan 80 persen, bahkan turun hingga 73 persen pada tahun 2022.
Senior Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto menjelaskan, tahun ini pemerintah telah menaikkan anggaran pembangunan infrastruktur menjadi Rp 392 triliun dari tahun 2022 sebesar Rp 365,8 triliun. Anggaran itu akan difokuskan untuk pelayanan dasar, seperti pembangunan rumah, sekolah, penyediaan air minum, dan pembangunan jalan.
”Hingga April 2023, realisasi belanja infrastruktur baru mencapai Rp 59,7 triliun atau setara 15,2 persen total anggaran 2023. Realisasi belanja infrastruktur perlu dipercepat untuk mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan akselerasi pembangunan infrastruktur, tingkat permintaan semen juga akan mengalami kenaikan,” tutur Rully.
Ketidakpastian global yang masih melanda, tambah Rully, akan berdampak terhadap turunnya harga-harga komoditas dan pengetatan moneter sehingga pertumbuhan ekonomi pada semester II-2023 berpotensi melambat. Oleh sebab itu, percepatan pembangunan infrastruktur diharapkan dapat menopang perekonomian dari kemungkinan terjadinya perlambatan.
Sentimen transisi energi
Komitmen dari negara-negara untuk menangani perubahan iklim global dengan mencapai target nol emisi karbon membuat sejumlah perusahaan semen melakukan terobosan. Salah satu terobosannya adalah dengan melakukan transisi energi.
”Upaya ini dapat menjadi kans bagi perusahaan semen untuk dilirik investor. Apalagi, kontribusi pengguna energi alternatif dari tahun ke tahun meningkat. Selain itu, upaya ini juga mengurangi ketergantungan terhadap batubara,” ujar Emma.
Indocement melalui keterangan resminya pada paparan publik menyebutkan, tingkat konsumsi bahan bakar alternatif meningkat dari 12,2 persen pada tahun 2021 menjadi 18,1 persen pada tahun 2022. Adapun Semen Indonesia, dalam keterangan resminya, menyebut, telah menekan intensitas emisi karbon hingga 590 kilogram CO2 per ton semen atau turun 16,67 persen dari baseline tahun 2010 sebesar 708 kg CO2 per ton semen.
Emma menambahkan, saham perusahaan semen domestik cenderung lebih dilirik oleh investor asing lantaran memiliki tingkat profitabilitas yang lebih tinggi ketimbang perusahaan semen negara lain. Gross profit margin (GPM) atau margin laba kotornya industri semen domestik mampu mencapai sekitar 30 persen, sedangkan GPM industri semen global, terutama China dan negara Asia lain, hanya sekitar 15 persen.
Selain itu, valuasi harga saham produsen semen domestik juga dinilai lebih murah ketimbang produsen negara-negara Asia lainnya. Produsen semen dalam negeri memiliki rasio harga dibanding penghasilan atau price earning ratio (PER) sebesar 20 kali, sedangkan negara Asia lain sebesar 35 kali.
Dikutip : Kompas