Sektor industri disebut menjadi biang emisi yang mengakibatkan polusi udara di wilayah Jabodetabek. Semen menjadi salah satu industri yang dituding sebagai penyebab, di Tengah tingginya kebutuhan pembangunan infrastruktur di ibu kota dan daerah pendukungnya.
Namun, berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sektor yang berkontribusi pada polusi udara di Jakarta sebenarnya adalah transportasi sebesar 44% (dari penggunaan bahan bakar), diikuti sektor energi sebesar 31%, sektor perumahan sebesar 14%. Selanjutnya, barulah sektor manufaktur muncul dengan porsi 10%, dan sektor komersial sebesar 1%.
Menanggapi itu, Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Lilik Unggul Raharjo menyebut bahwa industri semen adalah salah satu industri yang diatur ketat dengan kebijakan untuk mengatasi polusi udara. Menurut dia, industri semen merupakan industri di sektor manufaktur yang didesain dengan sistem pembakaran tertutup dan dilengkapi sistem emisi udara terkendali.
Konsentrasi emisi udara industri semen telah diatur dalam Permen LHK Nomor 19 Tahun 2017 tentang Baku Mutu Emisi Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Semen. Perusahaan semen pun umumnya memasang filter yang memiliki efisiensi penyaringan partikel hingga 99% sesuai standar Lembaga Perlindungan Lingkungan (Environmental Protection Agency/EPA) di Amerika Serikat (AS).
“Desain awal cerobong industri semen telah dilengkapi sistem pengendalian pencemaran udara untuk emisi partikulat, sulfur dioksida atau SO2, dan nitrogen oksida atau NOx yaitu Electrostatic Precipitator (EP) dengan efisiensi 99%. Untuk meningkatkan kinerja sistem pengendalian pencemaran udara, beberapa perusahaan semen telah memasang bag filter, yang memiliki efisiensi penyaringan partikel di atas 99%,” ungkap dia kepada CNBC Indonesia, Kamis (21/9/2023).
Di samping itu, lanjut dia, industri semen diwajibkan memasang Continuous Emission Monitoring (CEM) pada cerobong utama untuk memantau emisi secara terus menerus. Kementerian LHK juga mewajibkan industri semen untuk memasang Sistem Informasi Pemantauan Emisi Industri Kontinyu (SISPEK), yaitu sistem yang menerima dan mengelola data hasil pemantauan emisi dari CEM.
“Sistem Informasi tersebut tersambung langsung dengan server dan dipantau oleh KLHK, sehingga pengawasan oleh pemerintah dapat dilakukan setiap saat,” jelas Lilik. Dia juga menambahkan, secara bisnis, emisi yang keluar melalui cerobong sangat dihindari industri karena merupakan kerugian dari sisi proses dengan adanya heat loss dan product loss.
“Industri semen merupakan industri yang terbuka dan kooperatif terhadap masukan dan arahan dari regulator, seperti Kementerian LHK dan Kementerian Perindustrian baik melalui pengawasan secara langsung maupun tidak langsung,” pungkas dia.
Inovasi industri semen melalui berbagai produknya pun membuat produknya lebih ramah lingkungan dan rendah emisi karbon. Beberapa inovasi terbaru pun menjadi solusi terbaik yang bisa kering dalam beberapa jam.
Kontribusi Nyata di Infrastruktur
Lebih lanjut, terang Lilik, pabrik semen berkontribusi dalam penyelesaian proyek infrastruktur di Wilayah DKI Jakarta, antara lain proyek jalan raya (termasuk busway), jembatan atau flyover, stadion olahraga, Lintas Raya Terpadu (LRT) dan Moda Raya Terpadu (MRT), railway kereta api cepat, fasilitas sosial, dan fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, trotoar, dan ruang terbuka hijau.
“(Kontribusi diberikan) baik berupa suplai semen, beton, maupun konstruksi dan solusi terintegrasi,” ujar dia.
Untuk diketahui saat ini, wilayah DKI Jakarta tengah mengembangkan proyek transportasi umum yakni LRT dan MRT. Proyek strategis nasional LRT Jakarta Fase 1 B trase Velodrome-Manggarai dimulai Agustus 2023, sedangkan Proyek pembangunan MRT Jakarta memasuki fase 2 yang membentang sepanjang sekitar 11,8 kilometer dari kawasan Bundaran HI hingga Ancol Barat.
Kemudian perbaikan 14 koridor jalur bus TransJakarta, meliputi Bundaran HI, Halte Sarinah arah HI, Halte Juanda arah Senen, Halte Juanda arah Harmoni, Halte Balai Kota arah Patung Kuda, dan Jln. Raya Kramat Kwitang arah Senen. Lalu Jln. Kyai Tapa arah Roxy, Halte Jembatan Baru, Jln. MT Haryono arah Semanggi, Jln. Gatot Subroto arah Semanggi, Jln. Kemayoran Gempol, dan Jln. Utan Panjang Timur.
Ada juga proyek Jembatan Penyeberangan Multiguna di Dukuh Atas, Sudirman, Jakarta, yang rampung belum lama ini. JPM Dukuh Atas merupakan jembatan penghubung yang terintegrasi dengan lima moda transportasi publik yaitu LRT Jabodebek, MRT, KAI Commuter Line, TransJakarta, serta Stasiun Kereta Bandara.
Selain transportasi, wilayah DKI Jakarta juga tengah membangun Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) Elevated Ruas Cikunir-Ulujami. Jalur ini merupakan bagian dari jalan tol Jabodetabek yang berada di atas Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) Eksisting.
Dikutip : cnbcindonesia.com