Jakarta – Sebagai pembina jasa konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mendorong prinsip-prinsip konstruksi berkelanjutan yang memperhatikan lingkungan.
Direktur Jenderal Bina Konstruksi Rachman Arief Dienaputra mengatakan, salah satu upaya untuk mengimplementasikan prinsip konstruksi berkelanjutan adalah dengan penggunaan material tepat guna yang ramah lingkungan.
“Salah satunya adalah material semen ramah lingkungan yang lebih dikenal dengan nama Semen Non Ordinary Portland Cement (Non OPC),” kata Rachman Arief dalam webinar bertajuk Optimalisasi Penggunaan Semen Ramah Lingkungan di Kementerian PUPR dalam rangka Mewujudkan Pembangunan Konstruksi Berkelanjutan, Kamis (5/10/2023).
Dikatakan Rachman Arief, semen sendiri merupakan material baku yang sangat penting dalam pekerjaan konstruksi. Penentuan jenis semen akan berpengaruh terhadap proses pelaksanaan dan hasil konstruksi yang dihasilkan.
“Di Kementerian PUPR telah terdapat beberapa regulasi yang menjelaskan tentang tata cara maupun instruksi penggunaan Semen Non OPC dalam pekerjaan Konstruksi, antara lain melalui Surat Edaran Menteri PUPR No. 07/2016 tentang Pedoman Tata Cara Penentuan Campuran Beton Normal dengan Semen OPC, PPC dan PCC, yang merupakan panduan penggunaan tipe-tipe semen Non OPC sesuai jenis bangunan konstruksi,” kata Rachman Arief.
Selain Surat Edaran, Arief menyebutkan juga telah diterbitkan Instruksi Menteri PUPR No. 04/IN/M/2020 tentang Penggunaan Semen Non OPC Pada Pekerjaan Konstruksi di Kementerian PUPR, yang merupakan upaya untuk mendorong penggunaan semen Non OPC dalam pekerjaan konstruksi di Kementerian PUPR sebagai upaya mewujudkan pembangunan konstruksi berkelanjutan.
“Semen Non OPC memiliki beberapa kelebihan, baik dari sisi teknis, ekonomi maupun lingkungan. Pemanfaatan semen Non OPC dilakukan dengan menyesuaikan jenis/spesifikasinya dengan jenis/peruntukan pekerjaan konstruksinya, apakah untuk konstruksi jalan, bendungan atau konstruksi bangunan gedung,” jelas Rachman Arief.
Dikatakan Rachman Arief, kegiatan webinar hari ini merupakan upaya awal untuk menyampaikan informasi tentang tipe dan spesifikasi semen Non OPC, kelebihan serta pasokan dan ketersediaan semen Non OPC. “Selanjutnya, Dirjen Bina Konstruksi akan menginisiasi diskusi lebih lanjut dengan masing-masing Unit Organisasi Kementerian PUPR untuk mengoptimalkan penggunaan semen Non OPC,” kata Rachman Arief.
Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Lilik Unggul Raharjo mengatakan, ASI beserta stakeholder terkait siap mensukseskan Optimalisasi Penggunaan Semeh Ramah Lingkungan di Kementrian PUPR dalam rangka Pembangunan Konstruksi Berkelanjutan.
“Pada tahun 2010 hingga 2022, intensitas karbon industri semen Indonesia berkurang dari 725 kg CO2 /ton cementitious menjadi 631,70 kg CO2/ton cementitious, mencapai pengurangan emisi absolut sebesar 6,54 Juta ton CO2 atau mengalami penurunan sebesar 12,9%. Industri semen memainkan peran kritis dalam mengurangi emisi CO2 dan komitmen penerapan inisiatif strategis sangat penting untuk mencapai emisi karbon net-zero,” kata Lilik. (Jay)
Dikutip dari : pu.go.id